OPINI (Lentera) - Ini Rencong. Bukan sembarang rencong. Bukan buatan pande besi Grogol, Sukoharjo. Atau pande besi Sidoarjo. Pusaka ini berusia ratusan tahun.
Diyakini dibuat seorang Pande Beseu (pande besi) sakti di Aceh. Kita semua paham. Rencong adalah senjata tradisional suku Aceh.
Ya, Aceh adalah sebuah wilayah Indonesia. Letaknya di ujung barat Pulau Sumatra. Penduduknya terkenal pemberani.
Jika tak sejalan dengan kehendaknya. Urang (ureueng) Aceh, tak ragu memberontak. Libas. Siapa pun dihadapi. Rawe-rawe rantas. Malang-malang putung.
Tentu, Anda masih ingat GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Pimpinan Hasan di Tiro. Yang ingin memisahkan Aceh dari RI.
Meskipun ia pegang senjata api modern, rencong tak pernah ketinggalan. Selalu terselip di pinggang.
Jika sebilah rencong bermahkota emas. Bertangkai gading. Pada zaman kerajaan, hampir bisa dipastikan, pemilik barang itu bukan orang biasa. Bukan kaleng-kaleng. Pasti seorang bangsawan. Atau keturunan bangsawan. Atau tokoh yang banyak pengikut dan disegani.
Rencong juga simbol keperkasaan. Pun juga keberanian. Orang Aceh, yang menyelipkan rencong di pinggangnya, tampak keren. Berwibawa.
Pernah melihat foto atau gambar Cut Nyak Dhien dan Teuku Cik Ditiro? Tampak gagah dengan rencongnya.
Ini mirip keris pada bangsawan Jawa. Namun bentuk gagangnya menyerupai huruf L.
Sejak Zaman Kesultanan Aceh pada Abad ke-13, Sultan Ali Mughayat Syah sudah menyelipkan rencong di pinggangnya. Demikian pula hulu balangnya.
Adanya rencong. Membuat Aceh berjuluk "Tanoh Rencong". Artinya: Tanah Rencong. Julukan lain bagi tanah Aceh adalah "Serambi Mekah".
Disebut "Serambi Mekah" karena pintu masuk syiar Islam di Nusantara ini lewat Aceh. Kerajaan Islam pertama juga di Aceh. Namanya: Kesultanan Samudera Pasai.
Benda kuno rencong yang bernilai sejarah itu ternyata juga ada di Nederland. Kok bisa?
Apa yang tak bisa dengan uang. Bisa juga karena kekuasaan.
Para keturunan mantan penjajah, diperkirakan masih banyak menyimpan barang antik dari Indonesia.
Sebilah rencong kuno dan sebilah mandau, kemarin diserahkan David Setjodiredjo pada Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Kebudayaan, Ismunandar.
Jika rencong berasal dari Aceh. Mandau adalah senjata tradisional orang Borneo (Kalimantan).
Acara berlangsung di Indonesia House of Amsterdam, Belanda. Penyerahan berlangsung di sela Seminar "Menjemput pulang warisan budaya bangsa: kolaborasi untuk repatriasi".
Rencong dan mandau ini akan melengkapi koleksi Museum Nasional Jakarta. Ini adalah untuk kali kesekian David menyerahkan senjata tradisional asal Hindia Belanda.
Belum lama ini ia juga menyerakan sebilah keris berusia ratusan tahun pada KGPH Hangabehi dari Karaton Surakarta Hadiningrat.
Melalui Yayasan "Stichting Behoud Nederlands - Indonesieisch Cultreel Erfgoed", yang dipimpinnya, David berjanji terus akan berburu barang warisan budaya Hindia Belanda di Negeri Kincir Angin. Untuk dikembalikan ke Indonesia. Hebat.
Maklum, Hindia - Belanda dijajah Kumpeni selama 3,5 abad. Saat penjajahan berakhir, banyak barang bernilai sejarah ikut berpindah ke Belanda.
Seperti halnya rencong dan mandau itu. Barang itu diyakini hasil perluncutan senjata oleh Kumpeni. Seperti biasa, barang-barang rampasan itu sebagian dijual pada pemilik uang.
"Hasilnya untuk minum2 di bar", ujar Diaspora Indonesia yang sehari-harinya bekerja di Brussel.
Melalui yayasan itu, dia berkeinginan menjaga dan melestarikan tradisi Jawa di Belanda. Ia merasa darah dagingnya adalah Jawa. Ia tak mungkin bisa
melupakan Indonesia. Khususnya Jawa (*)
Penulis: Subakti Sidik, Wartawan Senior PWI|Editor: Arifin BH





.jpg)
