OPINI (Lentera) -Selamat pagi Indonesia!
Mana yang lebih produktif "bergerak dalam diam" atau "Tampil mempesona didepan publik dengan retorika yang hanya fatamorgana"?.
Teka-teki ini muncul disaat popularitas Menteri Keuangan Purbaya Sadewa melambung tinggi. Purbaya menjadi magnet perhatian di dunia digital,
sementara rakyat sibuk mencari cuan.
Satu kalimat buat pak Purbaya: "Jangan biarkan popularitas menggantikan prestasi, tapi prestasi yang mendatangkan popularitas." Itu tantangan.
Mayjen TNI Purn. TB Hasanuddin politikus senior dan anggota Komisi I DPR RI mengirim pesan singkat: "menurut teori komunikasi publik, kontroversi itu sexy. Tapi belum tentu baik dan benar”.
Merujuk pada teori itu, memang kecenderungan penampilan Purbaya Sadewa selalu sexy. Mendapat applause netizen yang bergelombang. Purbaya Sadewa merubah panggung publik menjadi ajang realitas sehari-hari. Benarkah?.
"Saya sering nonton pendapat dan tindakan Menteri Keuangan Purbaya ceplas-ceplos dan bicara seadanya membuat banyak harapan rakyat. Tapi baru ceplas ceplos doang. Belum ada hasilnya" lanjut TB.Hasanuddin.
Dalam pesan singkat itu, ada enam pertanyaan kritis yang diajukan TB. Hasanuddin: Purbaya mau menangkap importir tekstil, kapan? Mau memenjarakan importir baju bekas, mana? Mau menurunkan suku bunga, kapan? Mau meningkatkan pertumbuhan ekonomi8 persen, mulai kapan? Mau meningkatkan lapangan kerja, yang ada PHK terus mengalir, daya beli rakyat tetap rendah, kapan dilakukan? Dan harga sembako masih mahal, kapan diturunkan?
Sederet pertanyaan TB. Hasanuddin ibarat membangun istana di atas pasir. Merontokkan harapan. Purbaya Sadewa sedang berliku mencari jalan.
Tapi setidaknya pertanyaan tersebut harus dijawab dengan kinerja Purabaya lebih nyata. "Kinerja yang nyata jauh lebih berharga dari seribu kata-kata manis".
Sinisme publik mulai membelah cita-cita Purbaya Sadewa.
Narasi di atas bukanlah sekadar teka teki, melainkan peringatan keras pada Purbaya untuk lebih fokus bekerja dan "sesekali stop dulu tampil di publik". Karena wajah di layar tidak akan pernah cukup untuk membayar bunga utang yang menumpuk.
Mar'ie versus Purbaya
Perbedaan antara Menteri Keuangan era Suharto, Mar'ie Muhammad dan Menkeu Purbaya Sadewa adalah:
Mar'ie hidup di era Suharto, tanpa dukungan media sosial. Popularitasnya meniti lewat mainstream media yang lebih menjunjung trust. Sedangkan menteri Purbaya berhadapan dengan maraknya medsos, antara benar dan hoaks.
Gaya Kepemimpinan Mar'ie Muhammad dikenal sebagai "Mr. Clean". Dedikasinya dalam memberantas praktik gratifikasi dan korupsi di Departemen Keuangan selama era Orde Baru.
Mar'ie Muhammad memiliki latar belakang sebagai birokrat dan ekonom. Ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Pajak sebelum menjadi Menteri Keuangan.
Purbaya Sadewa juga menjabat sebagai Menteri Keuangan. Pertama jadi menteri dia dikejutkan dengan gugatan yang pernah dilayangkan oleh Tutut Soeharto dan telah dicabut.
Belum ada tanda-tanda yang menunjukkan gaya kepemimpinan Purbaya Sadewa serupa dengan Mar'ie Muhammad.
Masing-masing memiliki keunikan tersendiri dalam menjalankan tugas sebagai Menteri Keuangan sesuai dengan konteks zamannya.
Baiklah. Sudut pandang TB. Hasanuddin merupakan anak tangga. Perlu diurus satu-satu oleh Sadewa.
Nadanya bukan sebuah oposisi, melainkan "belajar ngaji bersama" tentang gaya kepemimpinan.
Kata ngaji bagi muslim tidak lebih belajar dari huruf Alif sampai khatam Al- Qur'an. Tafsir-tafsir ayat-per ayat mengajarkan kebaikan dan kemaslahatan umat. Mari kita belajar ngaji tentang kehidupan yang lebih bermanfaat pada semua (*)
Penulis: M. Rohanudin|Editor: Arifin BH





.jpg)
