
ANTANANARIVO (Lentera) - Pasukan elit Madagaskar, CAPSAT, mengumumkan bahwa mereka telah merebut kekuasaan dari Presiden Andry Rajoelina, yang dilaporkan melarikan diri dari ibu kota.
Komandan CAPSAT, Kolonel Michael Randrianirina, menyatakan bahwa militer akan membentuk pemerintahan sementara dan berencana menyelenggarakan pemilihan umum dalam dua tahun ke depan. Ia juga menegaskan bahwa beberapa lembaga demokrasi utama, termasuk komisi pemilihan umum, untuk sementara ditangguhkan.
"Massa Gen Z akan menjadi bagian perubahan karena gerakan ini diciptakan di jalanan, sehingga kami harus menghormati tuntutan mereka," katanya, dikutip dari BBC, Rabu (15/10/2025).
Mahkamah Konstitusi Madagaskar telah menetapkan Kolonel Michael Randrianirina sebagai kepala negara baru. Namun, pihak kantor kepresidenan menegaskan bahwa Andry Rajoelina masih memegang kekuasaan dan menyebut tindakan CAPSAT sebagai upaya kudeta.
Hingga kini, lokasi keberadaan Rajoelina belum diketahui secara pasti. Ia dilaporkan berada di tempat aman setelah muncul tuduhan adanya upaya pembunuhan terhadap dirinya yang melibatkan anggota militer dan sejumlah politisi. CAPSAT membantah keterlibatan dalam dugaan tersebut.
Tak hanya itu, muncul laporan yang masih belum dikonfirmasi bahwa Rajoelina melarikan diri ke luar negeri dengan pesawat militer Prancis.
Kekacauan politik di Madagaskar dimulai saat kelompok anak muda Gen Z memimpin demo yang berlangsung selama 9 hari sejak 25 September. Gen Z menilai pemerintah melakukan kesalahan dalam tata kelola pemerintah hingga pemutusan aliran listrik dan air.
22 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka dalam demonstrasi. Rajoelina kemudian memutuskan membubarkan pemerintah.
Langkah Rajoelina membubarkan pemerintah tidak menenangkan massa. Mereka kemudian menuntut agar Rajoelina mundur sebagai presiden.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber