
SURABAYA (Lentera) - Gangguan kecemasan (anxiety disorder) merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang paling umum dialami. Rasa cemas yang muncul dapat mengganggu konsentrasi dan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 81% ibu bekerja (working mom) mengaku mengalami kelelahan emosional atau burnout akibat berusaha menyeimbangkan berbagai tanggung jawab sekaligus, seperti pekerjaan, urusan rumah tangga, dan keluarga.
Tekanan Peran Ganda
Ibu bekerja sering kali merasa harus sukses di dua dunia: rumah dan pekerjaan. Di satu sisi, mereka ingin menjadi ibu yang penuh perhatian dan terlibat dalam kehidupan anak. Di sisi lain, ada tuntutan profesional untuk berprestasi, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, dan menjaga karier tetap berkembang. Tekanan untuk menjadi "sempurna" dalam kedua peran ini dapat memicu kecemasan.
Kurangnya Dukungan Sosial
Di banyak tempat, sistem kerja masih belum sepenuhnya ramah keluarga. Jam kerja yang panjang, minimnya cuti melahirkan atau cuti anak sakit, serta kurangnya fasilitas penitipan anak menjadi kendala besar. Ditambah lagi, ekspektasi budaya yang masih menganggap urusan rumah adalah tanggung jawab utama ibu memperberat beban mental.
Ketika working mom tidak mendapatkan dukungan dari pasangan, lingkungan kerja, atau keluarga besar, rasa kewalahan bisa berubah menjadi kecemasan yang berkelanjutan.
Waktu untuk Diri Sendiri yang Terbatas
Kesehatan mental sangat bergantung pada adanya waktu untuk diri sendiri (me time). Sayangnya, banyak ibu bekerja tidak memiliki kesempatan untuk beristirahat, menenangkan pikiran, atau melakukan hobi yang disukai. Mereka sering kali merasa bersalah jika mengambil waktu untuk diri sendiri, karena merasa sudah terlalu “sedikit” waktu dengan anak.
Tekanan Media Sosial
Media sosial sering kali menampilkan gambaran ibu yang “sempurna”: rumah rapi, anak-anak bahagia, tubuh ideal pasca-melahirkan, dan karier cemerlang. Ini menciptakan standar yang tidak realistis. Banyak ibu bekerja merasa “kurang” dibandingkan dengan apa yang mereka lihat, tanpa menyadari bahwa yang ditampilkan sering hanya sebagian kecil dari realitas.
Ketakutan Akan Penilaian Orang Lain
Baik di lingkungan kerja maupun keluarga, ibu bekerja sering dihakimi: "Kenapa anak dititipkan terus?", "Kok sering lembur, anaknya gimana?", atau "Sudah kerja, rumah juga harus rapi dong." Stigma ini menciptakan tekanan internal yang besar dan memperburuk kecemasan.
Selain itu ada berikut adalah jenis-jenis Anxiety Disorder
Gangguan Cemas Menyeluruh
Perasaan takut atau khawatir yang berlebih terhadap kondisi yang umum maupun aktivitas sehari-hari yang menetap, setidaknya selama 6 bulan hingga menyebabkan tidak dapat beraktivitas.
Agorafobia
Agorafobia adalah kondisi di mana seseorang mengalami rasa takut yang intens terhadap situasi atau tempat yang dianggap dapat memicu serangan panik, seperti berada di tengah keramaian, ruang terbuka, transportasi umum, atau tempat di mana mereka merasa sulit untuk melarikan diri atau mendapatkan bantuan jika tiba-tiba merasa cemas. Akibatnya, penderita agorafobia sering kali memilih untuk menghindari situasi-situasi tersebut, yang pada akhirnya dapat membatasi aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup.
Gangguan Panik
Gangguan ini ditandai dengan munculnya serangan panik atau rasa ketakutan yang sangat hebat secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Penderitanya sering kali merasakan ketakutan ekstrem akan kematian atau kehilangan kendali atas diri sendiri. Kondisi ini biasanya disertai berbagai gejala fisik, seperti jantung berdebar kencang, napas menjadi cepat atau sesak, serta keluarnya keringat dingin, yang membuat penderita merasa seolah sedang mengalami keadaan darurat medis.
Fobia Spesifik
Jenis gangguan kecemasan ini dikenal dengan fobia spesifik, yaitu ketakutan berlebihan terhadap pemicu tertentu yang sebenarnya tidak berbahaya dan sering kali tidak rasional. Pemicu tersebut dapat berupa hewan, benda, atau situasi tertentu, seperti warna kuning, darah, ketinggian, maupun ruang tertutup. Rasa takut yang muncul bisa sangat kuat hingga memicu reaksi fisik seperti gemetar, jantung berdebar, atau bahkan serangan panik, sehingga penderita cenderung berusaha keras menghindari objek atau situasi yang ditakutinya.
Gangguan Kecemasan Sosial
Gangguan ini ditandai dengan ketakutan berlebihan terhadap situasi sosial atau aktivitas yang melibatkan interaksi dengan orang lain. Penderitanya cenderung merasa seolah-olah sedang diawasi, dinilai, atau dikritik oleh orang di sekitarnya, sehingga muncul rasa malu, gugup, atau takut melakukan kesalahan di depan umum. Kondisi ini sering membuat seseorang menghindari keramaian atau situasi sosial tertentu karena rasa cemas yang intens, yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan hubungan sosialnya.
Gejala Anxiety Disorder
Gangguan kecemasan sering kali ditandai dengan serangan panik (panic attack) yang cukup parah. Beberapa ciri-ciri panic attack antara lain tubuh yang gemetar hebat, berkeringat dingin, dan jantung berdebar kencang — terkadang disertai nyeri dada yang kerap disalahartikan sebagai serangan jantung. Penderita juga bisa merasa mual atau mengalami sakit perut, bernapas lebih cepat, terengah-engah, atau bahkan sesak napas.
Selain itu, tubuh terasa lemas, dan muncul perasaan gugup, gelisah, tidak bisa tenang, serta tegang. Dalam kondisi tertentu, penderita juga menjadi lebih mudah marah atau tersinggung akibat tekanan kecemasan yang berlebihan.
Faktor Risiko
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami Anxiety Disorder atau gangguan kecemasan. Salah satunya adalah pengalaman negatif yang menimbulkan stres atau trauma psikologis. Dalam konteks Indonesia saat ini, misalnya, menyaksikan demonstrasi yang berujung pada jatuhnya korban dapat menjadi pengalaman traumatis yang memicu munculnya kecemasan berlebih.
Selain itu, individu dengan kepribadian pemalu atau yang sering dibatasi dalam mengekspresikan diri juga lebih rentan mengalami gangguan ini. Faktor lain yang turut berperan meliputi adanya gangguan kepribadian, efek samping dari obat atau zat tertentu seperti kafein dan narkoba, serta kondisi medis seperti gangguan irama jantung dan penyakit tiroid yang dapat memperburuk gejala kecemasan.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber