Capaian di Kotalama Rendah, Dinkes Kota Malang Laksanakan Imunisasi Tambahan Sasar 2.600 Anak

MALANG (Lentera) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mencatat capaian imunisasi campak, di Kelurahan Kotalama, Kecamatan Kedungkandang masih rendah.
Untuk mengejar ketertinggalan itu, Dinkes melaksanakan Imunisasi Tambahan Anak Serentak (ITAS) yang menyasar sekitar 2.600 anak berusia 9 bulan hingga 7 tahun.
"Kotalama itu kelurahan yang direkomendasikan untuk Imunisasi Tambahan Anak Serentak (ITAS)," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Malang, Meifta Eti Winindar, dikonfirmasi melalui sambungan selular, Selasa (14/10/2025).
Disebutkannya, pelaksanaan ITAS berlangsung selama dua minggu, mulai 6 hingga 18 Oktober 2025. Program ini dilaksanakan khusus di Kotalama, sementara di wilayah lain Dinkes tetap menjalankan kegiatan imunisasi rutin dan imunisasi kejar bagi anak yang belum lengkap imunisasinya.
Menurut Meifta, penunjukan Kotalama sebagai lokasi ITAS didasarkan pada hasil survei cepat komunitas yang dilakukan bersama Dinkes Provinsi Jawa Timur. Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa capaian imunisasi di Kotalama selama tiga tahun terakhir masih rendah.
"Selama tiga tahun terakhir, capaian imunisasi di Kelurahan Kotalama itu masih kurang dari 80 persen. Targetnya itu seharusnya 95 persen. Serentak, ya. Jadi artinya itu merata. Semuanya harus rata," katanya.
Selain rendahnya capaian imunisasi, Meifta menyampaikan di wilayah Kotalama juga ditemukan kasus campak positif pada sejumlah anak. Menurutnya, sebelumnya tercatat ada lima anak yang positif campak. Meskipun saat ini seluruhnya telah dinyatakan sembuh.
Kasus tersebut menjadi salah satu pertimbangan dilaksanakannya ITAS. Dinkes menilai, adanya kedekatan epidemiologi di wilayah tersebut yang berpotensi menyebabkan penyebaran penyakit campak.
Lebih lanjut, selain faktor epidemiologis, rendahnya capaian imunisasi di Kotalama juga dipengaruhi oleh sikap sebagian orangtua yang enggan mengimunisasi anak karena khawatir anak mengalami demam setelah disuntik.
"Antara lain itu, karena mereka takut anaknya panas setelah imunisasi," kata Meifta.
Ditambahkannya, kondisi pandemi Covid-19 pada periode 2020–2022 juga berpengaruh besar. Saat itu, kegiatan posyandu sempat terhenti sehingga banyak anak yang terlewat jadwal imunisasi.
Untuk menutup kekosongan imunisasi tersebut, Dinkes kini melakukan imunisasi kejar atau yang disebut Meifta sebagai "imunisasi tembelan," agar anak-anak yang belum lengkap dapat segera melengkapi dosisnya.
Meifta mengakui, masih diperlukan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap manfaat imunisasi. "Yang namanya informasi dan edukasi itu tidak boleh putus. Kami akan melakukan sosialisasi lagi, melibatkan tokoh masyarakat," katanya.
Ia menjelaskan, manfaat imunisasi tidak hanya melindungi individu, tetapi juga membentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Ditegaskannya, imunisasi bisa melindungi lintas generasi dan kelompok. Dinkes pun mengharap minimal 95 persen anak di kelurahan Kotalama dapat mendapatkan imunisasi.
"Kalau sudah kena campak, imunitasnya jadi hilang. Tubuh seolah lupa dengan kekebalan yang sudah dimiliki sebelumnya," tegasnya.
Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais