
MALANG (Lentera) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur menyatakan kesiapannya menjadi mitra strategis pemerintah daerah dalam menekan angka stunting. Langkah ini diwujudkan dengan mendorong para dokter anak di seluruh wilayah Jatim agar lebih aktif mendukung program-program pemerintah di bidang kesehatan anak.
Ketua IDAI Jawa Timur, Prof. Dr. Ahmad Suryawan, Sp.A, Subsp TKPS(K), menilai Jawa Timur menunjukkan capaian positif dalam penurunan angka stunting.
"Kalau masalah stunting, sebenarnya di Jatim cukup berhasil untuk menurunkan. Kota Surabaya, Kota Malang, itu termasuk area yang cukup berhasil untuk penurunan angka stunting," ujar Ahmad, ditemui di sela kegiatan Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) Ilmu Kesehatan Anak (IKA) ke-13 IDAI yang diselenggarakan di Kota Malang, Senin (13/10/2025).
Untuk diketahui, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi stunting di Jawa Timur menurun signifikan dari 17,7 persen pada tahun 2023 menjadi 14,7 persen pada 2024. Capaian tersebut menempatkan Jawa Timur sebagai provinsi dengan angka stunting terendah kedua secara nasional.
Sementara untuk Kota Malang, berdasarkan data SSGI tahun 2024, prevalensi stunting masih berada di angka 22,4 persen. Namun, pada tahun 2025 ini, Pemerintah Kota Malang telah menargetkan penurunan stunting hingga mencapai 17 persen.
Ahmad menegaskan, keberhasilan menurunkan angka stunting tersebut harus diikuti dengan penguatan peran tenaga medis. Khususnya dokter anak, agar semakin berkontribusi dalam pelaksanaan program kesehatan pemerintah.
"Sekarang kami berupaya bagaimana untuk mem-empowering teman-teman di IDAI Jatim supaya lebih supportif ke program-program pemerintah. Sehingga secara keilmuan kami yang akan membawa, nanti bekerja sama dengan dinas kesehatan di daerah," katanya.
Ahmad menambahkan, sinergi antara IDAI dan pemerintah daerah akan menjadi kekuatan besar dalam meningkatkan kualitas kesehatan anak di Jawa Timur.
Menurutnya, kerja sama lintas sektor menjadi kunci agar upaya pencegahan dan penanganan berbagai penyakit anak bisa berjalan efektif dan berkelanjutan.
Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp Kardio(K), menjelaskan penyakit anak di Indonesia masih didominasi oleh penyakit menular dan penyakit tidak menular.
"Penyakit menular ini bisa ditekan melalui upaya promotif, seperti penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta imunisasi. Termasuk penyakit kecacingan yang berasal dari parasit, kuncinya tetap di PHBS," tutur Piprim.
Ditambahkannya, PIT IKA ke-13 IDAI kali ini juga menghadirkan workshop imunisasi untuk meningkatkan kompetensi para dokter anak. Dalam penanganan penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasi.
Selain itu, seminar dalam kegiatan tersebut turut membahas masalah gizi, mulai dari stunting hingga obesitas, sebagai dua kutub permasalahan kesehatan anak yang sama pentingnya.
"Dokter anak perlu terus meng-upgrade keilmuannya agar bisa berkontribusi dalam menyehatkan anak-anak Indonesia, baik dalam penanganan penyakit menular maupun penyakit tidak menular," pungkas Piprim.
Reporter: Santi Wahyu/Editor: Widyawati