
MALANG (Lentera) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggelar Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-13 yang diikuti hampir 3.000 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Ketua Pengurus Pusat (PP) IDAI, DR. Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp Kardio(K), mengatakan pelaksanaan PIT Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Ke-13 tahun 2025, mengangkat tema besar tentang kesehatan anak dalam kaitannya dengan isu perubahan lingkungan.
"PIT kali ini temanya unik, ya. Kami mulai mengangkat isu kesehatan lingkungan. Termasuk bagaimana upaya IDAI sebagai organisasi profesi turut serta untuk berkontribusi mengurangi efek perusakan lingkungan," ujar dokter Piprim, ditemui di sela kegiatan tersebut, di Grand Mercure Mirama Malang, Senin (13/10/2025).
Dituturkannya, tema yang diusung adalah “Eco-friendly Pediatric Science for Ensuring the Sustainability of Future Generation.” Menurutnya, tema tersebut bertujuan untuk menjawab tantangan kesehatan anak di era perubahan lingkungan melalui pendekatan ilmu pengetahuan yang berkelanjutan.
Piprim menambahkan, anak-anak merupakan kelompok paling rentan terhadap dampak lingkungan yang tidak sehat. Dijelaskannya, perubahan lingkungan yang terjadi secara ekstrem dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan anak, baik secara fisik maupun tumbuh kembang.
Ketika gelombang panas (heatstress) berlangsung dalam jangka waktu lama misalnya, anak-anak berisiko mengalami dehidrasi dan gangguan metabolisme tubuh. Begitu pula dengan peningkatan polusi udara, yang dapat memicu berbagai penyakit pernapasan pada anak.
"Atau muncul masalah pangan dan keamanan pangan, anak-anak menjadi kelompok yang paling terdampak. Termasuk juga isu stunting yang turut dibahas di sini," jelasnya.
Lebih lanjut, sebagai bentuk implementasi konsep ramah lingkungan, IDAI juga menyiapkan Kereta Luar Biasa (KLB) PIT IKA 13 IDAI bekerja sama dengan PT KAI untuk mengantar peserta menuju lokasi kegiatan. Langkah ini dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan transportasi udara yang memiliki emisi karbon lebih tinggi.
Ia menegaskan, sebagai organisasi profesi, IDAI berkomitmen agar para dokter anak peduli terhadap kesehatan lingkungan. Menurutnya, tanpa kesadaran terhadap keberlanjutan lingkungan, tenaga kesehatan bisa saja tanpa sengaja berkontribusi terhadap kerusakan bumi.
"Kalau tidak dikelola dengan baik dan tidak ada kesadaran untuk kesehatan lingkungan, kita yang seharusnya menyehatkan masyarakat justru bisa ikut mempersakit bumi," katanya.
Untuk diketahui, selain pembahasan isu lingkungan, PIT Ke-13 juga menampilkan kurasi ilmiah dari 14 Unit Kerja Koordinasi (UKK) dan 9 Satuan Tugas (Satgas) IDAI. Bidang-bidang yang terlibat antara lain Alergi Imunologi dan Reumatologi, Kardiologi, Endokrinologi, Gastroenterologi dan Hepatologi, Infeksi Penyakit Tropis, Respirologi, Neonatologi, Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Hematologi Onkologi, Neurologi, Nefrologi, Emergensi dan Terapi Intensif Anak (ETIA), Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, dan Pencitraan.
Sedangkan 9 Satgas IDAI yang turut berpartisipasi meliputi Imunisasi, Air Susu Ibu (ASI), Perlindungan Anak, Remaja, Angka Kematian Bayi (AKB), Stunting, HIV, Penanggulangan Bencana, Kesehatan Lingkungan dan Perubahan Iklim, Jaminan Kesehatan Nasional, serta Health Technology Assessment.
Terpisah, Ketua Panitia PIT Ke-13 Ilmu Kesehatan Anak (IKA), Dr. Syamsul Arief, Sp.A(K), MARS, menyampaikan kegiatan ini menghadirkan berbagai pembicara nasional dan internasional, termasuk dari Paris dan Presiden International Pediatric Association (IPA).
"Pesertanya hampir 3.000 dari berbagai daerah di Indonesia. Ada juga pembicara dari Paris, termasuk Presiden International Pediatric Association yang turut mengisi acara," ungkapnya.
Senada dengan Piprim, Syamsul juga menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan. Dengan menerapkan konsep ramah lingkungan. Seluruh peserta tidak diperkenankan menggunakan botol plastik sekali pakai, sebagai upaya mengurangi timbulan sampah non-organik.
"Di acara ini, kami tidak memakai botol plastik. Kami juga melakukan penghitungan emisi karbon. Jadi kami menghire suatu organisasi non profit untuk bisa mengkalkulasi emisi karbon peserta yang datang," terangnya.
Reporter: Santi Wahyu/Editor:Widyawati