03 December 2025

Get In Touch

Warga Israel Unjuk Rasa di Tel Aviv Protes Permintaan Ampunan Netanyahu

Salah satu pengunjuk rasa menggunakan topeng Netanyahu perpakiaan oranye. (tangkap layar aljazeera)
Salah satu pengunjuk rasa menggunakan topeng Netanyahu perpakiaan oranye. (tangkap layar aljazeera)

TEL AVIV (Lentera) - Kerumunan warga Israel berunjuk rasa di luar rumah Presiden Isaac Herzog di Tel Aviv, Minggu malam (30/11/2025). Mereka memprotes petisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang meminta pengampunan penuh atas tuduhan korupsi.

Protes terjadi beberapa jam setelah Netanyahu mengajukan permohonan pengampunan presiden dalam persidangan korupsi yang telah berlangsung lama, tanpa mengakui kesalahan atau mengungkapkan penyesalan.

Anjazeera melaporkan, anggota parlemen oposisi, termasuk Naama Lazimi, bergabung dengan puluhan aktivis dalam protes tersebut – yang digelar dengan slogan "Pengampunan = Republik Pisang" – di luar rumah pribadi Herzog, menuntut agar ia menolak permintaan tersebut.

Seorang pengunjuk rasa berpakaian seperti Netanyahu dengan baju tahanan oranye bergaya penjara, sementara yang lain berdiri di belakang tumpukan besar pisang dan sebuah plakat bertuliskan "pengampunan".

"Ia meminta agar persidangannya dibatalkan sepenuhnya tanpa bertanggung jawab, tanpa membayar harga atas bagaimana ia menghancurkan negara ini," kata aktivis antipemerintah terkemuka Shikma Bressler.

“Rakyat Israel memahami apa yang dipertaruhkan, dan itu benar-benar masa depan negara kita,” tambahnya.

Netanyahu telah diadili selama lima tahun atas tiga kasus korupsi terpisah, termasuk tuduhan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan.

Dalam satu kasus, Netanyahu dan istrinya, Sara, dituduh menerima barang-barang mewah senilai lebih dari $260.000, seperti cerutu, perhiasan, dan sampanye, dari para miliarder dengan imbalan bantuan politik. Ia juga dituduh mencoba menegosiasikan liputan yang lebih menguntungkan dari dua media Israel dalam dua kasus lainnya.

Netanyahu membantah tuduhan tersebut, dan pengacaranya mengatakan dalam surat setebal 111 halaman kepada kantor presiden bahwa perdana menteri masih yakin proses hukum akan menghasilkan pembebasan penuh.

Dalam sebuah pernyataan video singkat, Netanyahu mengatakan ia ingin menyelesaikan proses tersebut, “tetapi keamanan dan realitas politik – kepentingan nasional – menentukan sebaliknya”.

“Kelanjutan persidangan ini memecah belah kita dari dalam, menimbulkan perpecahan yang hebat, dan memperparah keretakan,” tambahnya. (*)


Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lenterasemarang.com.
Lenterasemarang.com.