SURABAYA (Lentera) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali mengintensifkan langkah antisipasi cuaca ekstrem yang mulai melanda kota Pahlawan. Berbagai upaya dilakukan, mulai dari pengerukan saluran, pembangunan rumah pompa baru, hingga pembersihan saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan dan banjir saat musim hujan.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Syamsul Hariadi, mengatakan, pemkot telah mempersiapkan beragam langkah penguatan infrastruktur penanganan banjir. Di antaranya normalisasi saluran, pemeliharaan pompa air, pintu air, serta pintu laut yang mengarah ke muara.
“Jadi sebelum musim hujan, teman-teman Satgas atau pasukan merah itu melakukan pengerukan saluran. Kenapa harus dikeruk? Karena banyak sampah dan sedimen yang mengurangi kapasitas saluran, makanya perlu dikeruk agar kapasitasnya kembali seperti semula,” kata Syamsul saat ditemui di kantor eks Humas Pemkot Surabaya, Kamis (6/11/2025).
Ia menjelaskan, pihaknya juga melakukan pemeliharaan pompa air dan pintu air untuk memastikan seluruh perangkat tersebut berfungsi optimal ketika cuaca ekstrem terjadi.
Selain itu, tahun ini pemkot memprioritaskan penanganan banjir di kawasan Surabaya Selatan. Adapun beberapa proyek yang tengah dikebut meliputi pembangunan rumah pompa Menanggal di belakang Cito, rumah pompa Ahmad Yani di depan Taman Pelangi, rumah pompa Ketintang di Ketintang Madya, rumah pompa Karah, serta rumah pompa di Rungkut Menanggal.
“Ini semua titik-titik banjir, dan kita fokuskan pengerjaannya di wilayah selatan tahun ini,” jelasnya.
Meski begitu, Syamsul mengakui sejumlah pembangunan rumah pompa mengalami keterlambatan. Namun ia optimistis seluruh proyek tersebut dapat dituntaskan pada akhir November 2025. “Saat ini progresnya di akhir Oktober kemarin sudah mencapai 70 persen. Tinggal 30 persen lagi, dan 20 persennya kita targetkan selesai akhir November, sisanya 10 persen insyaallah rampung Desember 2025,” paparnya.
Selain pekerjaan fisik, DSDABM juga rutin berkoordinasi dengan BMKG untuk mendapatkan deteksi dini cuaca. Pemkot biasanya menerima peringatan satu hingga dua jam sebelum cuaca ekstrem terjadi. Informasi tersebut menjadi dasar mitigasi dini, mulai dari mengurangi debit air di saluran, menyalakan rumah pompa, hingga membuka pintu-pintu air.
“Kita selalu dapat informasi dari BMKG. Masyarakat juga bisa lihat di website WOFI Juanda, kalau warnanya merah berarti hujan deras, kuning hujan sedang, hijau masih gerimis-gerimis,” terangnya.
Sementara itu, Koordinator Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya, Ady Hermanto, mengatakan Surabaya telah memasuki musim penghujan. Dalam sepekan terakhir, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terjadi pada siang hingga malam hari.
Ia juga mengingatkan adanya gelombang pasang maksimum di Selat Madura pada 6–7 November 2025 yang berpotensi menimbulkan banjir rob jika bersamaan dengan hujan deras. Puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari–Februari 2026.
Menurut Ady, tingginya curah hujan dipengaruhi fenomena Muson Barat dan Madden Julian Oscillation (MJO) yang meningkatkan pasokan uap air dari Samudera Hindia. "Di musim penghujan ini, saya mengingatkan agar masyarakat rutin membersihkan drainase agar aliran air tetap lancar serta memperbarui informasi cuaca melalui platform BMKG seperti WOFI, situs satelit BMKG, atau aplikasi Info BMKG," tuturnya.
BMKG juga terus berkolaborasi dengan Pemkot Surabaya, termasuk memasang display informasi cuaca di kawasan pesisir dan memasang penangkar hujan. “Ini untuk memberikan deteksi dini kepada masyarakat, khususnya nelayan. Selain itu juga menyediakan informasi tanggap bencana secara cepat dan real time,” pungkasnya. (*)
Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi




.jpg)
