Keracunan MBG di Tulungagung, Terjadi Setelah Ganti SPPG dan Korban Bertambah jadi 62 Siswa

TULUNGAGUNG (Lentera) - Kejadian keracunan massal menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 1 Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, terjadi setelah berganti Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Bahkan jumlah korban terus bertambah, data terakhir Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, sebanyak 62 siswa yang harus mendapat pengobatan.
Keracunan berlangsung pada hari pertama pengiriman makanan dari SPPG baru, Senin (13/10/2025) kemarin.
Disampaikan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMPN 1 Boyolangu, Danang Wahyudi mengatakan pemberian MBG telah berlangsung selama enam bulan terakhir, selama periode tersebut tidak pernah terjadi kasus keracunan makanan.
"MBG di sini sudah mulai bulan Mei. Untuk hari ini kita itu ganti SPPG biasanya dari SPPG Pojok mulai hari ini di SPPG Tanggung mulai SPPG baru ya hari ini," kata Danang saat ditemui di Puskesmas Boyolangu mengutip detikcom, Selasa (14/10/2025).
Menurutnya, selama pelaksanaan MBG sekolahnya rutin mendapatkan pasokan makanan pada pagi. Harapannya makanan yang dikirim masih baru dan layak dikonsumsi.
"Kemarin, makanan datang sekitar pukul 7.00 WIB dan kami bagikan pukul 7.30 WIB," ujarnya.
Sekilas tidak ada yang aneh dan mencurigakan, dari menu makanan yang disajikan pihak SPPG. Namun sekitar pukul 9.00 WIB, mulai bermunculan keluhan dari siswa yang merasakan mual, pusing dan muntah.
"Ada yang melapor perutnya sakit terus agak pusing terus kami bawa ke Puskesmas, karena di SMP itu ada dokter lagi kegiatan skrining jadi langsung dipanggilkan ambulans terus dibawa ke Puskesmas," jelasnya.
Awalnya ada sekitar 38 siswa yang dilarikan ke Puskesmas Boyolangu dengan berbagai kondisi, semakin siang jumlahnya bertambah menjadi 52 anak. Dari catatan Dinas Kesehatan Tulungagung jumlah terakhir korban dugaan keracunan MBG bertambah menjadi 62 anak.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung, Anna Sapti Saripah mengatakan dari 1.120 siswa yang mengkonsumsi MBG terdapat 62 pasien dengan keluhan pusing, mual, muntah, lemas dan keringat dingin.
"Saat ini dari 58 anak yang menjalani observasi dan perawatan di Puskesmas Boyolangu saat ini sudah pulang sebanyak 38 orang, tersisa 20 orang masih dirawat di Puskesmas Boyolangu," kata Anna.
Sementara itu 4 anak lainnya dirujuk ke RSUD dr. Karneni Campurdarat, karena membutuhkan penanganan lebih intensif. Meski demikian, dari laporan RSUD dr Karneni para siswa dalam kondisi stabil
"Alhamdulillah stabilitas tapi masih menunggu hasil laboratorium lanjutan," jelasnya.
Menurutnya dari observasi yang dilakukan Dinkes, menu MBG yang disajikan kepada siswa adalah nasi kuning, ayam kecap, timun, tomat, salak, susu kotak.
Pihaknya belum berani menyimpulkan penyebab pasti dugaan keracunan massal tersebut, untuk itu pihaknya telah menerjunkan tim ke lapangan untuk melakukan penyelidikan epidemiologi.
"Upaya kami adalah pengambilan sampel makanan yang didapatkan untuk dikirim ke laboratorium Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat Surabaya, Laboratorium RSUD dr. Iskak Tulungagung dan Laboratorium Kesehatan Daerah Tulungagung," imbuhnya.
Langkah ini dilakukan, untuk mendukung penyelidikan epidemiologi guna mendeteksi sumber yang menyebabkan terjadinya keracunan massal.
"Dengan harapan untuk dapat diketahui makanan penyebab keracunan/paparan, yang terkontaminasi oleh kuman atau bakteri penyebab penyakit," pungkasnya.
Editor: Arief Sukaputra