27 September 2025

Get In Touch

Harga Tomat di Madiun Anjlok, Gubernur Khofifah Borong 1,3 Ton Hasil Panen Petani

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau kebun tomat milik Wagimun di Dusun Seweru, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jumat (26/9/2025).
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau kebun tomat milik Wagimun di Dusun Seweru, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jumat (26/9/2025).

MADIUN (Lentera) – Harga tomat di Kabupaten Madiun anjlok hingga Rp2.000 per kilogram, kondisi ini membuat petani hanya bisa balik modal tanpa meraup keuntungan.

“Sekarang harga cuma Rp2.000 per kilo. Kalau segitu ya cuma balik modal, tidak ada untung sama sekali,” keluh Wagimun, petani tomat asal Dusun Seweru, Desa/Kecamatan Kare, Jumat (26/9/2025).

Padahal, lanjutnya, biaya operasional perawatan tanaman cukup tinggi, sekitar Rp3.500 per pohon. Biaya itu mencakup tenaga kerja, mulsa, pupuk, bibit, hingga obat-obatan. “Standarnya minimal Rp4.000 per kilo baru petani bisa untung sedikit,” tegas Wagimun.

Ia menambahkan, harga tomat sebenarnya sempat melambung hingga Rp18.000 per kilogram pada Maret lalu. Namun, saat itu hasil panen justru tidak maksimal sehingga petani tak bisa menikmati keuntungan dari harga tinggi.

“Waktu panen sedikit malah harga mahal. Sekarang panen bisa 1–1,5 ton dari 1.000 pohon, tapi harga jatuh,” katanya.

Menyikapi kondisi tersebut, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa turun langsung ke kebun tomat milik Wagimun di Dusun Seweru, memutuskan membeli 1,3 ton tomat dengan harga Rp4.000 per kilogram saat melakukan kunjungan di Madiun.  .

“Harga tomat jatuh di Madiun. Setelah dicek, memang benar di tingkat petani hanya Rp2.000 per kilo. Karena itu, saya putuskan menyerap hasil panen dengan harga Rp4.000 per kilo,” tegas Khofifah.

Menurutnya, langkah penyerapan bukan kali pertama dilakukan. Sebelumnya, ia juga mengambil kebijakan serupa saat harga bawang merah di Nganjuk dan beras di Bojonegoro jatuh akibat kelebihan pasokan.

“Tujuannya sama, mendorong stabilisasi harga agar petani tidak rugi,” jelasnya.

Khofifah pun mengimbau, seluruh bupati dan wali kota di Jawa Timur untuk ikut menyerap hasil panen tomat di daerah masing-masing.

“Kalau tiap daerah ikut, harga akan segera normal kembali. Tomat bisa disalurkan ke PAUD, TK, atau SD dalam bentuk jus. Anak-anak sehat, petani terselamatkan,” paparnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Madiun, dr. Purnomo Hadi memastikan pihaknya akan menindaklanjuti arahan gubernur.

“Kami akan mendata petani melalui camat dan kepala desa, lalu turun langsung menyerap tomat. Nantinya akan disalurkan ke sekolah-sekolah dalam bentuk jus atau olahan lain,” ujarnya.

Menurut Purnomo, hampir semua kecamatan di Kabupaten Madiun sedang panen tomat bersamaan. Kondisi ini menyebabkan harga jatuh karena pasokan melimpah sementara permintaan tetap.

“Secara hukum ekonomi, barang melimpah sementara permintaan rendah, harga pasti turun. Tapi dengan kolaborasi provinsi dan daerah, kami optimistis harga bisa kembali stabil,” tandasnya.

Data pemerintah provinsi menunjukkan, oversupply tomat tidak hanya terjadi di Madiun, tetapi juga di Surabaya dan sejumlah daerah lain. Bahkan, 14 kabupaten/kota di Jawa Timur tercatat mengalami deflasi akibat kelebihan pasokan tomat.

Reporter: Wiwiet Eko Prasetyo/Editor: Ais 

 

Share:
Lenterasemarang.com.
Lenterasemarang.com.