05 September 2025

Get In Touch

‎Mari Mengaji Stop Huru - Hara

Aksi Damai Mahasiswa di Gedung DPR/MPR 18 Mei 1998 (Dok. Lenteratoday)
Aksi Damai Mahasiswa di Gedung DPR/MPR 18 Mei 1998 (Dok. Lenteratoday)

Oleh: ‎M. Rohanudin*

Rumah dijarah, jadi tontonan gratis.  Jam mewah raib, mobil pun hancur. Barang-barang lainnya melayang dibawa orang-orang. Suasana chaos berputar cepat dan spontan. 

‎Inilah babak akhir gugurnya reputasi tiga bintang pencetus kegaduhan. 

‎Ahmad Sahroni, Eko Patrio, dan Uya Kuya. Mereka bukan lagi ibarat dewa yang dipuja - puja, melainkan  jatuh terpuruk mental -- mengais  hukuman berat publik akibat slip of the tongue, keseleo ngomong. 

‎Dari dendang-dendang di panggung parlemen, terhempas ke sudut - sudut gelap "paradoksal". 

Akhirnya mereka di-nonaktifkan dari panggung terhormat. DPR RI. Se-glamour apapun kehidupan mereka,  pastilah semua keluarga -- isteri dan anak - anak, ikut terseret dalam kesulitan yang  menegangkan dan kekalutan luar biasa beratnya. 

Mereka menjadi pusaran kemarahan publik. Demonstrasi menjadi panas, dan sulit dikendalikan. 

Kekhawatiran terjadi di mana -mana. 

Gerai - gerai  barang branded  di mall - mall  dikosongkan. Pintu - pintu masuk mall digeser ke pintu lain yang lebih aman. Ini  untuk mengantisipasi kerusuhan dan penjarahan yang meluas. 

‎Sepekan kemaren kepadatan di jalan - jalan protokol di Jakarta masih belum pulih. Anak - anak sekolah belajar jarak jauh dari rumah.  

‎Mirip suasana  pasca huru-hara 1998. Kekhawatiran masyarakat masih menganga. Kita sedang diuji untuk bertahan agar suasana tidak terus-terusan beternak kerusuhan  membabi buta. 

‎Bagaimana  Bersikap Arif

Singa mengaum tak perlu dilawan. Semua diam dalam cara yang arif, karena mereka berdemonstrasi  sedang menyuarakan hak - haknya. Sudah tentu dengan niat dan melalui cara - cara damai. 

‎Presiden  Prabowo Subianto menegaskan bahwa pemerintah menghormati aspirasi masyarakat lewat aksi demo, namun mengingatkan agar disampaikan dengan damai.

Pernyataan ini disampaikan pada keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu - 31 Agustus 2025.

‎Maka kebebasan berdemokrasi tidak boleh dilukai oleh dua pihak yang berseberangan. Ini bisa berakibat fatal dan berujung anarkis. Jika tidak, keriuhan  besar akan hadir tanpa diundang. 

‎Ini bukan permainan di meja biliar, kawan. Tapi rasa tidak puas yang menggelinding  di ruang - ruang publik  terbuka, lantas menyebabkan luka - luka :  tidak saja luka fisik, juga luka batin yang mencengkram. 

‎Ojol tak berdosa yang sedang mengais rejeki di jalan,    jadi kurban akibat kepanikan yang seru. Kematian datang dengan cepat. Boleh jadi ini salah satu trigger. 

‎Kegaduhan pun semakin menjadi - jadi. "Tak ada kalimat yang bijaksana bagi semua orang yang sedang panik bertikai". Mari kita renungkan. 

‎Bertahan Untuk yang Terbaik

‎Tahun 1998 adalah tahun  gelombang demonstrasi menandai sejarah gelap di negeri ini. Semua rugi, tak ada yang menang. Yang ada :  kalah - kalah.

Demonstrasi  waktu Itu dipicu oleh terjadinya penyelewengan besar yang kemudian dikenal sebagai  skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). 

‎Kerugian terbesarnya mencapai Rp 138,4 triliun. Dana Rp 147,4 triliun yang disalurkan kepada 48 bank, banyak yang diselewengkan, raib masuk kantong para pemilik dan pengelola. 

‎Skandal BLBI menjadi biang kerusuhan. Krisis ekonomi parah dengan inflasi tinggi berakibat banyak pengangguran. 

‎Gejolak itu dikenal dengan sebutan Reformasi 1998.  Menuntut perubahan sistem pemerintahan dan transparansi, yang akhirnya berujung pada pengunduran diri Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998.

Bagaimana Pemerintah Bersikap?

‎Pemerintah harus stop  demo berulang dengan menjamin  kebijakan fiskal dan ekonomi yang lebih transparan.

Buka partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Sudah tentu dimulai dengan dialog yang bermartabat. 

‎Public Trust menjadi kunci utama. Toleransi adalah sabuk pengaman ketika kita bersama di bawah padang  bulan yang lembut.

Maka jangan  berisik ketika khotbah sedang berlangsung, karena kita sedang mengaji tentang kesabaran yang teduh. 

*Penulis adalah ‎Praktisi Penyiaran 

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Lenterasemarang.com.
Lenterasemarang.com.