Pertanian Hortikultura di Kota Malang Tak Terganggu Cuaca Ekstrem, Dispangtan Pastikan Ketersediaan Pangan Stabil
MALANG (Lentera) - Pertanian hortikultura di Kota Malang dipastikan tetap aman dan tidak terpengaruh cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang menyebut seluruh aktivitas budidaya berjalan normal, sementara ketersediaan pangan di Kota Malang juga berada dalam kondisi stabil.
"Untuk Kota Malang bersyukur kondisi pertaniannya baik itu lahan irigasi teknis maupun tadah hujan, semuanya cukup terkendali. Tidak terganggu cuaca ekstrem," ujar Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan, Kamis (4/12/2025).
Menurutnya, musim hujan justru menjadi peluang bagi beberapa wilayah untuk menanam komoditas hortikultura. Kawasan Merjosari dan wilayah timur Kecamatan Kedungkandang, katanya, saat ini tengah memulai penanaman cabai dan tomat di lahan tadah hujan.
"Nanti panen perdana di akhir Januari-Februari 2026. Produksi diperkirakan meningkat signifikan pada panen ke-7 dan ke-8 dalam satu masa tanam. Sementara itu, hasil panen akan mulai menurun saat memasuki panen ke-10 dan ke-11," jelasnya.
Selain memastikan kondisi pertanian aman, Dispangtan juga menjamin stok pangan Kota Malang stabil hingga awal Desember 2025. Hal itu berdasarkan pemantauan di 26 pasar tradisional, serta sejumlah distributor dan supplier bahan pangan.
Berbagai langkah intervensi pasar juga terus dilakukan untuk menjaga keterjangkauan harga. Kegiatan seperti pasar murah dan Gerakan Pangan Murah (GPM) digelar secara rutin bersama sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD).
"Salah satunya hari ini, GPM diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI) Malang yang berkolaborasi dengan beberapa OPD termasuk Dispangtan dan Diskopindag, Perumda Tugu Aneka Usaha (Tunas), dan Bulog," kata Slamet.
Pada kegiatan tersebut, menurutnya masyarakat bisa mendapatkan berbagai komoditas pangan dengan harga lebih terjangkau, mulai dari beras, minyak goreng, telur, tepung terigu, cabai, kentang, hingga tomat.
"Mungkin di lain acara GPM akan kami hadirkan kembali produk telur. Karena hari ini yang banyak dibeli itu telur. Tadi telur sekitar 5 kuintal yang kami sediakan," katanya.
Tingginya antusiasme warga juga terlihat dari komentar pengunjung. Salah satu warga Arjosari, Dina Resnawati, mengatakan rutin memanfaatkan pasar murah karena selisih harga yang cukup besar dibandingkan harga di pasaran umum.
Disebutkannya, beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) di GPM dijual seharga Rp55 ribu, lebih murah sekitar Rp7 ribu dari harga pasaran yang berada di kisaran Rp62 ribu. Sementara beras premium dijual Rp71 ribu.
"Kebutuhan pangan semakin hari cenderung naik. Jadi keberadaan pasar murah ini sangat membantu masyarakat. Untuk konsumsi sehari-hari, saya biasanya mencampur beras SPHP dengan beras kualitas premium," ujar Dina.
Ia berharap, ke depan lebih banyak komoditas yang disediakan di pasar murah, terutama bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai yang saat ini mengalami kenaikan harga di pasaran. (*)
Reporter: Santi Wahyu
Editor : Lutfiyu Handi





.jpg)
