04 December 2025

Get In Touch

Hormati Konservasionis Australia, Ular Serigala Baru Dinamai Steve Irwin

Hormati Konservasionis Australia, Ular Serigala Baru Dinamai Steve Irwin

SURABAYA ( LENTERA ) - Para peneliti menulis dalam publikasi ilmiahnya, “Semangat dan dedikasinya dalam pendidikan dan konservasi satwa liar telah menginspirasi para ahli alam dan konservasionis di seluruh dunia, termasuk para penulis studi ini.”

Penemuan ini bukan hanya menambah daftar reptil langka dari wilayah tropis Asia, tetapi juga menunjukkan betapa banyaknya spesies yang masih tersembunyi di pulau-pulau kecil yang jarang tersentuh penelitian intensif.

Lycodon irwini pertama kali terdeteksi melalui survei herpetologi di Pulau Great Nicobar. Selama ini, hanya sedikit spesimen yang pernah ditemukan, sehingga kehadirannya sering dianggap sebagai variasi dari spesies ular serigala lain yang lebih umum.

Untuk memastikan statusnya sebagai spesies baru, tim peneliti membandingkan spesimen dari lapangan dengan koleksi museum lama, melakukan pengukuran morfologi secara detail, serta menganalisis DNA. Pendekatan menyeluruh ini menunjukkan bahwa ular tersebut memiliki ciri unik yang tidak ditemukan pada spesies wolf snake lain.

Studi ini dipimpin oleh R.S. Naveen, herpetolog dari Universitas Pondicherry yang selama bertahun-tahun meneliti ular dan reptil Kepulauan Nicobar serta Andaman.

Ciri Fisik Ramping

Ular serigala Irwin memiliki tubuh ramping, sisik halus dan mengilap, serta ekor yang memanjang dan meruncing. Berbeda dengan banyak spesies Lycodon yang biasanya memiliki pola pita berwarna pucat, ular ini justru hampir seluruhnya hitam legam.

Beberapa ciri khas lain yang membedakannya antara lain keberadaan sisik kecil di bagian depan mata, susunan perisai kepala yang sedikit berbeda, jumlah sisik perut dan ekor yang lebih banyak, serta tidak adanya corak belang putih seperti kerabat dekatnya.

Analisis genetik memperkuat hasil pengamatan morfologi. Tim menemukan perbedaan sekitar 6 persen pada salah satu gen mitokondria penting--jarak genetik yang biasanya menandai batas antara dua spesies reptil.

Dengan penambahan temuan ini, Asia kini memiliki sekitar 74 spesies Lycodon, menjadikannya salah satu kelompok ular paling beragam di kawasan tersebut.

Pulau Great Nicobar yang berada di Teluk Benggala merupakan bagian dari hotspot keanekaragaman hayati dunia. Meski pulau-pulau hanya mencakup sekitar tujuh persen daratan bumi, mereka menyimpan hampir 20 persen total spesies global. Banyak reptil Nicobar bersifat endemik--hanya ditemukan di pulau tersebut dan tidak terdapat di tempat lain di planet ini.

Hutan evergreen di pedalaman Great Nicobar sangat rapat, lembap, dan dipenuhi pepohonan tinggi serta sulur-sulur yang rumit. Kondisi ini menciptakan habitat sempit yang dihuni oleh berbagai reptil, burung, mamalia kecil, hingga invertebrata. Karena akses yang sulit dan survei yang jarang, beberapa spesies ular dan kadal dari kawasan ini bahkan hanya diketahui dari satu atau dua spesimen museum yang dikoleksi puluhan tahun lalu.

Irwin’s wolf snake kini bergabung dengan daftar spesies langka tersebut, sekaligus mengingatkan para ilmuwan bahwa pengetahuan mereka tentang fauna Nicobar masih jauh dari lengkap.

Selama beberapa dekade, para peneliti menganggap ular serigala dari Nicobar sebagai bagian dari Lycodon subcinctus, spesies yang tersebar luas di Asia Tenggara. Namun penelitian terbaru menunjukkan adanya petunjuk bahwa populasi Nicobar memiliki karakter yang berbeda. Karena itu, tim Naveen melakukan pencarian intensif di pulau tersebut untuk mengumpulkan spesimen tambahan.

Mereka berhasil memeriksa tiga ular betina, termasuk satu spesimen museum lama. Pengukuran bentuk kepala, panjang ekor, hingga susunan sisik menunjukkan pola yang tidak cocok dengan spesies mana pun yang telah dikenal. Dalam studi tersebut disebutkan bahwa ular Nicobar ini “memiliki susunan perisai kepala yang berbeda, kadang ditemukan sisik kecil di depan mata, dan tidak menampilkan pola pita putih seperti kerabat dekatnya.”

Temuan genetik kemudian memperkuat bukti bahwa ular tersebut layak dinyatakan sebagai spesies baru.

Hingga saat ini, catatan resmi mengenai Irwin’s wolf snake hanya mencakup tiga spesimen koleksi dan satu pengamatan yang terdokumentasi dengan baik, semuanya berasal dari hutan evergreen di Great Nicobar. Minimnya temuan ini bisa berarti ular tersebut memang sangat jarang, atau memiliki perilaku yang sangat tersembunyi sehingga sulit ditemukan bahkan oleh tim survei berpengalaman.

Menggunakan panduan IUCN Red List, para peneliti mengusulkan agar spesies ini dimasukkan ke kategori Terancam Punah (Endangered). Alasan utamanya adalah jangkauan habitat yang sangat sempit, populasi kecil, dan adanya bukti kehilangan habitat yang terus berlangsung.

Peneliti menegaskan bahwa spesies pulau dengan sebaran terbatas sangat rentan, karena “satu badai, tsunami, atau proyek pembangunan bisa menghapus sebagian besar habitatnya.”

Kekhawatiran bertambah karena adanya rencana besar pembangunan infrastruktur di Great Nicobar, termasuk pelabuhan, bandara, pembangkit listrik, dan kawasan permukiman baru. Proyek ini berpotensi menghilangkan hutan asli dalam skala besar—tepat di kawasan yang menjadi satu-satunya habitat yang diketahui bagi ular serigala Irwin.

Irwin’s wolf snake diketahui tidak berbisa dan memangsa reptil kecil, amfibi, serta mamalia kecil, menjadikannya bagian penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pulau. Para peneliti menulis, “Spesies baru terus ditemukan, salah satunya ditunjukkan oleh Lycodon irwini.”

Mereka berharap penamaan spesies ini untuk Steve Irwin dapat mendorong masyarakat untuk lebih peduli dan tidak langsung takut pada ular, serta menyadari pentingnya cerita konservasi yang jarang terdengar. Penemuan ini juga menyoroti bagaimana kemajuan ilmu taksonomi—mulai dari analisis DNA hingga kajian museum—telah membantu mengungkap keanekaragaman tersembunyi di pulau-pulau kecil.

Sayangnya, pulau juga menjadi lokasi paling rentan terhadap kepunahan spesies. Karena itu, setiap penemuan baru menambah urgensi untuk melindungi hutan-hutan terakhir yang masih utuh. Lycodon irwini mencerminkan dua hal: betapa kayanya keanekaragaman hayati pulau-pulau kecil, dan betapa rapuhnya mereka di tengah ancaman pembangunan. Masa depan spesies ini sepenuhnya bergantung pada seberapa cepat langkah konservasi dilakukan.

Dalam kata-kata para peneliti, “Bagi ular hitam dari pulau ini, bab berikutnya bergantung pada seberapa cepat manusia bertindak melindungi hutan dan sungai yang menjadi rumahnya.” Studi lengkap tentang penemuan ini diterbitkan dalam jurnal Evolutionary Systematics. (evo,ist/dya)


 

Share:
Lenterasemarang.com.
Lenterasemarang.com.