SURABAYA ( LENTERA ) - Kebiasaan membawa botol minum atau tumbler kini semakin umum dilakukan masyarakat. Selain ramah lingkungan, tumbler dianggap lebih praktis dan hemat karena bisa diisi ulang kapan saja.
Namun, sebuah penelitian dari Universitas Wisconsin, Amerika Serikat, menemukan bahwa tumbler dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Jumlah bakteri yang ditemukan bahkan disebut bisa lebih tinggi daripada yang ada pada dudukan toilet.
Mikroorganisme seperti bakteri, kuman, jamur, dan parasit dapat berkembang biak dengan cepat. Bahkan hanya dalam hitungan menit. Kondisi ini berlaku pada semua jenis tumbler, baik yang berbahan plastik maupun stainless steel. Risiko kontaminasi akan meningkat jika botol digunakan untuk menyimpan minuman selain air putih, seperti teh atau kopi, karena sisa minuman dan gula yang menempel menjadi sumber makanan bagi mikroba.
Sementara, peneliti dari Water Filter Guru perusahaan yang bergerak di bidang solusi pengolahan air asal AS, menemukan ada dua jenis bakteri dominan di dalam tumbler yang jarang dicuci yakni bakteri gram negatif dan bacillus. Bakteri gram negatif dapat menyebabkan infeksi yang semakin resisten terhadap antibiotik, sementara jenis bacillus tertentu dapat menyebabkan masalah gastrointestinal.
Pengukuran dihitung berdasarkan pertumbuhan colony-forming unit (CFU) untuk memperkirakan jumlah mikroba hidup dalam sampel.
"Berdasarkan perhitungan kami, botol air minum isi ulang rata-rata mengandung 20,8 juta CFU bakteri . . . Botol dengan tutup tekan adalah yang paling bersih, hanya mengandung sepersepuluh dari jumlah bakteri tersebut (3 juta CFU)," tulis laporan perusahaan.
Mereka menemukan fakta bahwa botol air minum yang dapat dipakai berulang yang tak dicuci bahkan lebih kotor daripada mangkuk hewan peliharaan yang terkena air liur setiap hari serta permukaan mouse komputer yang sering disentuh. Rata-rata botol air minum atau tumbler yang dapat digunakan kembali 40.000 kali lebih kotor daripada dudukan toilet.
"Ini menjadi alasan kuat (bagi kamu) untuk (rutin) membersihkan botol air minum secara rutin dan menyeluruh."
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sampel dari berbagai permukaan tumbler. Setiap permukaan diusap tiga kali, dan CFU per usap dirata-ratakan untuk setiap jenis permukaan.
Responden terdiri dari 1.000 orang AS yang memiliki preferensi dan kebiasaan mereka menggunakan tumbler atau botol air dengan rata-rata usia 40 tahun. 57% responden adalah laki-laki, dan 43% adalah perempuan yang terdiri dari 21% gen-z, 29% milenial, 27% gen X, dan 23% baby boomer.
Lebih dari 60% responden mengatakan mereka membersihkan tumbler mereka sekali atau lebih dalam satu hari. Responden lain tampakya tidak begitu. Seperempat responden mencuci botol air mereka hanya beberapa kali seminggu, sementara lebih dari 10% hanya membersihkannya beberapa kali sebulan.
"Lingkungan lembap merupakan tempat ideal berkembang biaknya kuman. Itulah sebabnya mencuci botol air minum (jenis ini) setiap hari harus menjadi bagian dari rutinitas harian."
Para ahli menyarankan untuk mencuci tumbler kamu sekali sehari dan mensterilkannya setidaknya seminggu sekali. Cuci lebih sering jika kamu sedang sakit, terbiasa minum sambil makan, atau sering mengisi tumbler dengan sesuatu selain air terutama jika mengandung gula.
Kamu juga perlu memperhatikan air yang dimasukkan ke dalam tumbler. Meski terlihat bersih, air yang tidak diolah dengan baik dapat berisiko bagi kesehatan.
Mencuci dengan cara yang benar
Banyak orang berasumsi bahwa sabun dan air panas sudah cukup untuk membersihkan botol minum. Padahal, pembersihan yang efektif harus dilakukan dengan spons agar bagian dasar dan sudut yang sulit dijangkau dapat tersentuh. Penggunaan sikat memang membantu, tetapi jika permukaan dalam botol tergores, goresan tersebut bisa menjadi tempat persembunyian kuman.
Untuk menghindari tumbler menjadi sumber penyakit, juga bisa dengan menggunakan cuka sebagai pembersih alami.
Cuka memiliki sifat antibakteri, dapat menghilangkan bau, dan berfungsi sebagai disinfektan alami. Caranya cukup mudah: isi botol dengan cuka, tambahkan air panas, kemudian diamkan semalaman. Esok paginya, buang air campuran tersebut, bilas sampai benar-benar bersih, lalu keringkan.
Spons tidak mampu menjangkau bagian dasar botol. Oleh karena itu, penggunaan sikat botol lebih efektif karena bentuknya dapat masuk ke dalam mulut botol dan menggosok dinding maupun bagian dasar yang sulit dijangkau.
Untuk hasil pembersihan yang lebih optimal, gunakan sabun cuci piring sebelum menyikat bagian dalam botol. Kombinasikan dengan air hangat untuk melepaskan sisa minuman yang menempel. Jika tidak memiliki sikat botol, Anda bisa merendam botol dalam campuran sabun dan air panas selama sekitar 30 menit, lalu membilasnya hingga bersih. Catatan, hindari merendam botol plastik dengan air terlalu panas karena dapat merusak materialnya.
Memilih tumbler yang tepat
Botol minum tersedia dalam berbagai bahan seperti polikarbonat, polipropilena, aluminium, stainless steel, dan kaca. Stainless steel dan aluminium lebih kuat dan mampu mempertahankan suhu, namun jika digunakan terlalu lama dapat mengalami korosi. Bila air terasa berbau logam atau rasanya berubah, itu tanda botol perlu diganti.
Selain itu, botol dengan leher atau mulut yang lebih lebar jauh lebih mudah dibersihkan hingga ke bagian dasar. Sementara botol berleher sempit lebih rawan menyimpan sisa minuman dan bakteri.
Dengan perawatan rutin dan cara pembersihan yang tepat, botol minum dapat digunakan dengan aman tanpa menjadi sarang kuman yang membahayakan kesehatan.(hea,ist/dya)




.jpg)
