15 October 2025

Get In Touch

Menara Masjid di Jalur Gaza

Masjid terkemuka di Kota Khan Younis di Jalur Gaza dan sejumlah rumah penduduk hancur imbas serangan Israel (Reuters)
Masjid terkemuka di Kota Khan Younis di Jalur Gaza dan sejumlah rumah penduduk hancur imbas serangan Israel (Reuters)

KOLOM (Lentera) -Langit Gaza kembali bergetar oleh gemuruh kehancuran.

Dua tahun pascaperang, bukan hanya rumah dan sekolah yang musnah, tetapi juga menara-menara masjid yang dulu mengumandangkan azan kini hilang dari pandangan.

Masjid-masjid kuno yang selama berabad-abad menjadi saksi kehidupan rohani rakyat Palestina kini tinggal puing.

Dari utara hingga selatan Jalur Gaza, jejak peradaban Islam seolah dipangkas hingga ke akar sejarahnya.

Di pinggiran permukiman Shuja’iyya, Abu Khaled al-Najjar (62) berdiri di depan reruntuhan Masjid Ibn Othman, tempat ia salat sejak kecil.

Dengan suara parau bercampur kesedihan, ia berkata, “Saya mengenal suara muazin sebelum saya mengenal suara ayah saya. Saya telah salat di sini selama lima puluh tahun… dan hari ini bahkan sajadah di dekat pintu pun lenyap di bawah reruntuhan. Saya tak pernah membayangkan akan tiba hari di mana kami akan salat tanpa masjid.”

Sejarah di bawah reruntuhan

Kantor Media Pemerintah di Gaza melaporkan, selama dua tahun terakhir, tentara pendudukan Israel telah menghancurkan lebih dari 835 masjid dan merusak sebagian dari 180 masjid lainnya dari total 1.244 masjid di Jalur Gaza.

Di antara bangunan yang hancur terdapat masjid-masjid peninggalan era Mamluk dan Ottoman, beberapa di antaranya berusia lebih dari tujuh abad.

Di Kota Tua, dekat situs Masjid Agung Omari, Mahmoud Qandil (27) berjalan di antara tumpukan batu, mencari potongan dinding kiblat yang masih berukir.

“Masjid ini adalah jantung Gaza,” ujarnya lirih. “Saya salat Jumat pertama saya di sana. Tiang-tiang marmernya berasal dari era Mamluk, dan kini yang tersisa hanyalah debu. Seolah mereka ingin menghapus ingatan kota ini, bukan hanya bangunannya.”

Masjid penyimpan kisah umat

Beberapa meter dari permukiman Al-Daraj, tulis Pusat Informasi Palestina, reruntuhan Masjid Sayyed Hashem masih mengeluarkan aroma debu dan batu hangus.

Di depan sisa Kubah Hijau yang hancur, Hajja Umm Wael (74) duduk di kursi plastik, mengenang masa lalu.

“Dulu saya pergi ke masjid setiap Kamis untuk membaca Surat Al-Kahfi, bahkan saat sakit,” katanya sambil menengadah. “Sekarang kami tak punya tempat lain. Kami hanya membaca Al-Qur’an dari rumah, dan Allah mendengar kami di mana pun kami berada.”

Di Khan Yunis, wilayah selatan Gaza, Abdul Rahman Al-Satri (45) menatap reruntuhan Masjidil Haram yang pernah menjadi pusat kehidupan masyarakat.

“Masjid ini bukan sekadar tempat salat,” tuturnya. “Di sini ada perpustakaan, kelas mengaji, dan tempat warga menggelar pernikahan serta pemakaman. Mereka menghancurkan segalanya, seolah ingin kami hidup tanpa jiwa.”

Identitas yang ditargetkan

Menurut Muhammad Juha, peneliti sejarah Islam di Gaza, penghancuran masjid oleh Israel bukan sekadar serangan terhadap bangunan fisik.

“Ini adalah penargetan terhadap memori keagamaan dan identitas budaya rakyat Palestina,” ujarnya.

“Menara-menara itu adalah penanda sejarah kota, dan kini yang tersisa hanyalah nama-nama mereka di ingatan masyarakat.”

Namun, di tengah kehancuran dan kesunyian, suara azan tak pernah hilang dari Gaza. Di permukiman yang rata dengan tanah, sejumlah pemuda naik ke atap rumah yang tersisa, mengumandangkan azan dari pengeras suara kecil bertenaga baterai.

Menjelang malam, warga menata tikar tua di antara dinding yang setengah runtuh untuk salat berjemaah.

Mereka sadar, Israel dapat menghancurkan batu dan menara, tetapi tidak bisa memadamkan cahaya iman yang terus hidup di dada rakyat Gaza.

Azan yang menggema dari puing-puing itulah yang kini menjadi simbol keteguhan: bahwa Gaza boleh hancur, tapi ruhnya tetap berdiri tegak (*)

Editor: Arifin BH

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Takut Disinar
Previous News
Takut Disinar
Lenterasemarang.com.
Lenterasemarang.com.