27 September 2025

Get In Touch

Dari Kawasan Pecinan ke Arjosari, Sejarah Panjang Terminal Bakal Diabadikan dalam Museum

Ilustrasi: Terminal Arjosari, Kota Malang. (Santi/Lentera)
Ilustrasi: Terminal Arjosari, Kota Malang. (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Dari kawasan Pecinan pada 1935, berpindah ke Sawahan tahun 1955, kemudian Jalan Pattimura pada 1969, hingga menetap di Arjosari sejak 1989. Perjalanan panjang terminal di Kota Malang ini bakal diabadikan melalui Pojok Museum Terminal yang akan diresmikan pada 28 Oktober 2025.

Kepala Terminal Arjosari, Mega Perwira Donowati, menjelaskan ide pendirian museum berawal dari minimnya informasi terdokumentasi mengenai sejarah terminal. Saat mulai bertugas, Mega mendapati banyak hal penting yang belum tercatat secara rapi.

"Selama saya di sini, saya mengamati banyak hal yang belum saya ketahui tentang Terminal Arjosari. Misalnya berdirinya mulai kapan, siapa saja yang pernah menjabat, dan event-event besar apa saja yang pernah ada. Dari situ saya terpikir untuk menggali sejarah Terminal Arjosari," ujar Mega, dikutip pada Jumat (26/9/2025).

Menurutnya, museum ini digagas untuk mendokumentasikan jejak sejarah terminal, yang selama ini belum banyak diketahui masyarakat. Kehadirannya diharapkan dapat memperkenalkan asal-usul terminal sekaligus menumbuhkan rasa memiliki terhadap fasilitas publik tersebut.

Mega menambahkan, Pojok Museum Terminal akan menampilkan dokumentasi, deskripsi, hingga visual perjalanan terminal. Menurutnya, terminal tidak hanya dipandang sebagai tempat naik turun penumpang, tetapi juga bisa menjadi ruang edukasi.

"Pentingnya mengetahui sejarah supaya kita bisa lebih mencintai Arjosari. Selain itu, museum juga bisa menjadi daya tarik masyarakat, bukan hanya untuk naik bus, tetapi juga mencari wawasan baru. Terminal harus bisa jadi tempat edukasi, bukan lagi dipandang menyeramkan," katanya.

Terminal Arjosari sendiri, disebutnya, setiap hari dilintasi oleh ribuan orang. Pada hari biasa, jumlah penumpang mencapai 3.500–3.700 orang, meningkat menjadi sekitar 6.000 saat akhir pekan, bahkan bisa tiga kali lipat pada libur panjang.

Dengan angka tersebut, Mega optimistis pojok museum akan mendapat perhatian luas.

Untuk diketahui, gagasan pendirian museum ini pertama kali dicetuskan oleh Arif Wibisono, penulis asal Kota Malang. Arif menilai terminal sebagai simpul perjalanan masyarakat menyimpan catatan penting yang tidak boleh terlewatkan.

"Awalnya saya sowan ke Bu Mega, bagaimana kalau ada museum. Indonesia ini lemah dokumentasi. Padahal terminal punya perjalanan panjang, sejak 1935 di kawasan Pecinan, lalu pindah ke Sawahan tahun 1955, ke Pattimura pada 1969, hingga 1989 pindah ke Arjosari. Sejarah ini jangan sampai hilang," ujar Arif.

Arif menambahkan, momentum peresmian museum pada 28 Oktober mendatang akan semakin bermakna karena bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Selain peresmian, juga akan diluncurkan buku tentang sejarah perjalanan terminal di Kota Malang.

Menyambung pernyataan Mega, Arif juga menjelaskan, museum akan dilengkapi dengan informasi sejarah, dokumen asli seperti surat keputusan wali kota, hingga foto-foto lama terminal. Dengan begitu, masyarakat dapat melihat langsung bukti perjalanan panjang terminal dari waktu ke waktu.


Reporter: Santi Wahyu/Editor:Widyawati

Share:
Lenterasemarang.com.
Lenterasemarang.com.