03 September 2025

Get In Touch

Uji Tikus Berhasil, Vaksin mRNA Jadi Terobosan Kanker

Tim peneliti Universitas Florida pimpinan Elias Sayour (tengah) mengembangkan vaksin mRNA yang meningkatkan efek antikanker. (Dok: Ufhealth.org)
Tim peneliti Universitas Florida pimpinan Elias Sayour (tengah) mengembangkan vaksin mRNA yang meningkatkan efek antikanker. (Dok: Ufhealth.org)

SURABAYA (Lentera) - Tim peneliti dari Universitas Florida berhasil mengembangkan vaksin berbasis messenger RNA (mRNA) atau RNA duta untuk melawan tumor, yang telah diuji coba pada tikus dengan hasil positif.

Temuan ini membawa para peneliti tersebut terlihat lebih dekat dengan tujuan mereka yaitu mengembangkan vaksin universal guna “membangun” sistem kekebalan tubuh melawan kanker. Peneitian itu juga telah diterbitkan di jurnal Nature Biomedical Engineering pada 18 Juli 2025 lalu, dikutip dari laman resmi University of Florida Health (UF Health), Selasa (2/9/2025).

Studi University of Florida menunjukkan bahwa kombinasi vaksin mRNA dengan obat antikanker umum, yang disebut immuno checkpoint inhibitor, dapat memicu respon antitumor yang kuat.

Para peneliti menyebut salah satu elemen yang mengejutkan adalah mereka mencapai hasil yang menjanjikan, bukan dengan menyerang protein target spesifik pada tumor, melainkan dengan membangkitkan sistem kekebalan tubuh—memacunya untuk merespons seolah-olah tengah melawan virus.

Mereka melakukannya dengan menstimulasi protein yang disebut PD-L1 di dalam tumor, sehingga menjadikannya lebih reseptif terhadap pengobatan. Penelitian ini didukung oleh pelbagai lembaga dan yayasan federal, termasuk Institut Kesehatan Nasional (NIH).

Membuka Jalur Pengobatan Baru

Salah seorang peneliti senior sekaligus ahli onkologi pediatrik dari UF Health, Elias J Sayour mengatakan hasil studi tersebut membuka jalur pengobatan baru—alternatif dari operasi, radiasi, dan kemoterapi—dengan efektif untuk memerangi banyak jenis tumor yang resistan terhadap pengobatan.

“Makalah ini memaparkan sebuah observasi yang sangat tak terduga dan menarik: bahwa bahkan vaksin yang tidak spesifik terhadap tumor atau virus tertentu—asalkan merupakan vaksin mRNA—dapat menyebabkan efek spesifik pada tumor,” ujar Sayour.

“Temuan ini membuktikan konsep bahwa vaksin-vaksin ini berpotensi dikomersilkan sebagai vaksin kanker universal untuk meningkatkan sensitivitas sistem imun terhadap tumor individu pasien,” sambung dia.

Hingga saat ini, terdapat dua ide utama dalam pengembangan vaksin kanker: Menemukan target spesifik yang menyebarkan pada banyak penderita kanker, atau menyesuaikan vaksin spesifik untuk target yang menyebar dalam kanker pasien itu sendiri.

“Studi ini menunjukkan paradigma ketiga yang tengah berkembang,” kata salah satu penulis dalam penelitian itu, Duane A Mitchell.

“Yang kami temukan adalah dengan menggunakan vaksin yang tidak dirancang untuk menargetkan kanker secara spesifik, melainkan untuk merangsang respon imunologis yang kuat, kami dapat memicu reaksi antikanker yang sangat kuat. Oleh karena itu, ini memiliki potensi yang signifikan untuk digunakan secara luas pada pasien kanker—bahkan mungkin mengarah pada vaksin kanker yang siap pakai,” imbuh dia.

Sementara itu, selama lebih dari 8 tahun, Sayour sudah memelopori vaksin antikanker berteknologi tinggi dengan menggabungkan nanopartikel lipid dan mRNA atau messenger RNA. mRNA ditemukan di dalam setiap sel — termasuk sel tumor — dan berfungsi sebagai cetak biru ( blueprint ) untuk produksi protein.

Dalam studi terbaru, peneliti mengembangkan vaksin mRNA yang tidak menargetkan virus atau sel kanker tertentu, melainkan dirancang untuk memicu respons imun kuat. Formulasinya mirip dengan vaksin COVID-19, namun tanpa fokus pada protein virus spesifik.

Pada uji tikus melanoma, kombinasi vaksin mRNA dengan obat imunoterapi PD-1 menunjukkan hasil menjanjikan pada tumor yang resisten. Penelitian lanjutan pada model kanker kulit, tulang, dan otak juga menemukan manfaat vaksin mRNA sebagai terapi tunggal, bahkan mampu menghilangkan tumor sepenuhnya pada beberapa kasus.

Secara keseluruhan, ujar Mitchell, mengesankan penelitian ini sangat mengejutkan. “Ini berpotensi menjadi cara universal untuk membangkitkan respon imun pasien terhadap kanker,” kata dia. “Dan itu akan sangat bermanfaat jika dapat digeneralisasikan ke dalam studi manusia.”

Kini, tim peneliti sedang berupaya menyempurnakan formulasi yang ada dan melanjutkan uji klinis pada manusia secepat mungkin. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lenterasemarang.com.
Lenterasemarang.com.